BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan tidak lain merupakan suatu proses perubahan yang
berlangsung secara sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya
adalah untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia atau masyarakat suatu
bangsa. Ini berarti bahwa pembangunan senantiasa beranjak dari suatu keadaan
atau kondisi kehidupan yang kurang baik menuju suatu kehidupan yang lebih baik.
Sering kali kita jumpai bangunan yang telah berdiri atau selesai di bangun tapi tidak dapat melaksanakan fungsinya sebagaimana mestinya, sehingga bangunan itu terbengkalai dan tidak dimanfaatkan. Oleh karena itu kita mesti mencari tahu apa saja sebab-sebab bangunan tersebut tidak dapat dioperasikan dengan sebaik mungkin.
Sering kali kita jumpai bangunan yang telah berdiri atau selesai di bangun tapi tidak dapat melaksanakan fungsinya sebagaimana mestinya, sehingga bangunan itu terbengkalai dan tidak dimanfaatkan. Oleh karena itu kita mesti mencari tahu apa saja sebab-sebab bangunan tersebut tidak dapat dioperasikan dengan sebaik mungkin.
apabila pembangunan tanpa diawali dengan sebuah perencanaan
yang biasanya melibatkan campur tangan maupun pemikiran seorang
arsitek. Sebuah pembangunan yang dilakukan tanpa adanya pemikiran
dari seorang arsitek, biasanya akan berjalan tidak sempurna, karena terkadang
dalam memutuskan sebuah tindakan untuk pembangunan seorang klien biasanya hanya
berpedoman pada literatur - literatur bangunan yang pernah ia lihat
disekelilingnya.
Seorang arsitek diwajibkan mampu menganalisa suatu kondisi
yang sedang terjadi dalam proyek yang sedang dilaksanakannya. Perlunya
mempertimbangkan keadaan alam yang semakin hari semakin terbatas dalam segi
lahan dan aspek sosial serta pertimbangan terhadap pengaruh lingkungan menjadi
perhatian utama sang arsitek untuk mencari solusi dari semua keadaan untuk
mencapai hasil desain yang dapat diterima dari berbagai pihak tanpa mengurangi
resiko desain terhadap bangunan lingkup sekitarnya.
Selain itu, dapat pula terjadi apabila
pembangunan Rumah tanpa adanya campur tangan dari seorang arsitek, antara lain
sebagai berikut :
1. Adanya "Konsep" bangunan / rumah yang
tidak terdefinisi.
2. Perencanaan yang kurang matang terhadap program
kebutuhan ruang, mulai dari
kebutuhan ruang saat ini sampai dengan
prediksi kebutuhan ruang dimasa yang akan datang.
3. Meningkatnya biaya pembangunan rumah yang tidak
terkontrol. Tanpa adanya sebuah perencanaan yang jelas, maka biasanya
seseorang akan membangun rumahnya berdasarkan "kebutuhan,
pemikiran, maupun ide" yang ia pikirkan saat itu, sehingga sering terlupakan alternatif
- alternatif lain yang kemungkinan berpotensi lebih murah dan hemat.
4. Adanya sedikit penyesalan diakhir pembangunan.
Tujuan
Karena latar belakang yang ada, oleh karena itu tujuan dari penulisan ini
adalah untuk mencari tahu sebab-sebab mengapa bangunan-bangunan tersebut bisa
tidak terpakai. Faktor-faktor apa yang mempengaruhinya dan lain-lain. Dan
untuk pembangunan yang sedang dalam proses pembangunan, agar bisa terlaksana
membangun sampai selesai, diperhitungkan semua pengaruh terhadap penghuni,
lingkungan, serta bangunan itu sendiri, agar bangunan yang dibangun kelak akan
berguna dan tidak akan sia-sia.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Evaluasi Pasca Huni didasari keinginan untuk mengetahui
dampak dari desain arsitektur bangunan dalam beberapa periode tahun
pembangunannya terhadap penghuninya. Hal ini penting untuk mengetahui performa
bangunan yang termasuk didalamnya fungsi dan ketersediaannya fasilitas.
Evaluasi pasca huni pada rusunawa di DKI Jakarta adalah
untuk mengetahui persepsi penghuni terhadap perkembangan performa desain
arsitektur bangunan rusunawa berdasarkan beberapa periode
pembangunan. Hasil evaluasi dapat digunakan sebagai rekomendasi untuk
memperbaiki desain rusunawa masa yang akan dating.Tujuan dari evaluasi pasca
huni untuk :
(1) menghasilkan dasar pertimbangan terhadap
desain arsitektur bangunan rumah susun yang sesuai dengan standar pembangunan
gedung, kenyamanan penghuni dan optimasi biaya pengelolaan
(2) meminimalkan permasalahan dan kekeliruan
dalam perancangan, sehingga desain dan penggunaan bahan bangunan yang
dihasilkan pada masa yang akan dating menjadi lebih baik. Identifikasi
masalah yang dilakukan berdasarkan pengamatan awal terhadap arsitektur bangunan
antara lain:
(a) permasalahan kebutuhan jenis ruang,
(b) permasalahan besaran ruang
(c) permasalahan jenis bahan dan
material. Berdasarkan analisis terhadap hasil observasi dan pengamatan di
lapangan dapat diambil kesimpulan secara umum bahwa perkembangan arsitektur
baik dari kebutuhan akan jenis program ruang, besaran dan ukuran ruang
serta penggunaan material/bahan bangunan dalam beberapa periode, semakin
lama menjadi lebih baik. Dapat dijelaskan bahwa beberapa jenis kebutuhan
akan program ruang, besaran dan ukuran ruang serta penggunaan
material/bahan bangunan yang digunakan adalah sebagai berikut:
(*) kebutuhan akan jenis ruang semakin berkembang dalam
beberapa periode pembangunan,ini terlihat dari makin bervariasinya program
ruang,
(*) besaran ruang pada unit hunian semakin lama semakin
besar, sesuai dengan ketentuan bahwa unit paling kecil adalah 30 M2 dengan
2 (dua) ruang tidur,kebutuhan besaran unit juga perlu diperhatikan
terhadap target penghuni yang berbeda dan disesuaikan kebutuhan ruang dari
target penghuni seperti buruh pabrik/mahasiswa atau keluarga kecil/menengah
yang hanya membutuhkan ruang serbaguna untuk unit huniannya.
(*) perletakan zona ruang dalam beberapa periode tidak
mengalami perubahan yang drastis, penempatan zona ruang pada unit hunian
sudah memenuh criteria dalam standar penataan ruang,
(*) jenis bahan dan material semakin lama berdasarkan
beberapa periode semakin baik, hanya pada bagian-bagian tertentu
penggunaan bahan dan material belum memenuhi satu criteria, antara lain
finishing untuk ruang dalam unit hunian dan
(*) desain dan tampak muka (façade) bangunan
rusunawa semakin baik, sehingga dapat meningkatkan image dari rusunawa
tersebut. Selanjutnya untuk memperbaiki persepsi negative atas rusunawa
dapat direkomendasikan antara lain:
(.:.) berusaha melahirkan bentukan yang lebih dinamis
dan imajinatif,
(.:.) memilih material bangunan yang rendah
perawatan
(.:.) mengolah pilihan material tersebut menjadi lebih
menarik dan memiliki nilai estetis.
Kebutuhan mendesak dari banyak rumah sering membuat rencana
yang telah dilakukan adalah cepat dan tanpa intervensi dari
masyarakat setempat. Kondisi ini akan membuat masyarakat tidak puas dengan
rumah yang dibangun, dan mereka tidak tinggal di rumah (rumah kosong
fenomena). Beberapa teori mengatakan bahwa pembangunan partisipatif akan
lebih efektif dan berhasil daripada pembangunan berdasarkan konstruktor. Bahkan,
faktorberhasilnya pembangunan berdasarkan tingkat hunian dan kondisi
sosial ekonomi penghuni.
BAB III
METODELOGI
Analisis ini menggunakan analisis secara kualitatif.
Analisis kualitatif adalah analisi dengan cara mengumpulkan data berupa cerita
rinci atau keadaan sebenarnya. Dengan kata lain, analisi kualitaitf adalah
analisis dengan cara mengembangkan, menciptakan, menemukan konsep dan teori.
Analisi data secara kualitatif dilakukan berdasrkan logika dan argumentsi yang bersifat ilmiah. langkah-langka ini meliputi survey obyek-obyek komparsi, lokasi tapak untuk mendapatkan data-data dan komparsi yang berhubungan dengan obyek perancangan.
Analisi data secara kualitatif dilakukan berdasrkan logika dan argumentsi yang bersifat ilmiah. langkah-langka ini meliputi survey obyek-obyek komparsi, lokasi tapak untuk mendapatkan data-data dan komparsi yang berhubungan dengan obyek perancangan.
Konstruksi bangunan dan pengoperasian memiliki dampak
langsung dan tidak langsung yang luas pada lingkungan. Bangunan menggunakan
sumber daya seperti energi, air dan bahan baku, menghasilkan limbah (penghuni,
konstruksi dan pembongkaran) dan memancarkan emisi atmosfer yang berpotensi
membahayakan. pemilik Bangunan, perancang dan pembangun menghadapi tantangan
yang unik untuk memenuhi kebutuhan untuk fasilitas baru dan direnovasi yang
dapat diakses, aman, sehat, dan produktif sambil meminimalkan dampak terhadap
lingkungan.
Membuat bangunan berkelanjutan dimulai dengan :
o Pemilihan lokasi yang tepat,
termasuk pertimbangan penggunaan kembali atau rehabilitasi
bangunan yang ada.
Lokasi, orientasi, dan lansekap sebuah bangunan mempengaruhi
ekosistem lokal, metode transportasi, dan penggunaan energi.
o Memasukkan prinsip-prinsip pertumbuhan
Smart dalam proses pembangunan proyek,
misalnya sebuah gedung, kampus atau pangkalan militer.
· Penempatan untuk keamanan fisik merupakan isu
penting dalam mengoptimalkan desain, termasuk lokasi jalan akses, parkir,
hambatan kendaraan, dan lampu perimeter.
Hal-hal yang menjadi perhatian lingkup dalam pekerjaan
arsitektur adalah:
o Gunakan Optimalkan Energi
Untuk mengurangi beban, meningkatkan efisiensi, dan
memanfaatkan sumber daya energi terbarukan di fasilitas federal.
o Melindungi dan Menghemat Air
Sebuah bangunan yang berkelanjutan harus mengurangi,
mengontrol, dan mengobati limpasan situs, penggunaan air secara efisien, dan
penggunaan kembali atau daur ulang air untuk digunakan di tempat.
o Lebih baik Gunakan Produk
Lingkungan
Sebuah bangunan yang berkelanjutan dibuat dari bahan yang
meminimalkan dampak siklus kehidupan lingkungan seperti pemanasan global,
penipisan sumber daya, dan toksisitas manusia. Lingkungan bahan disukai
memiliki efek mengurangi terhadap kesehatan manusia dan lingkungan dan
berkontribusi untuk meningkatkan keselamatan pekerja dan kesehatan, kewajiban
mengurangi, biaya pembuangan dikurangi, dan pencapaian tujuan lingkungan.
o Meningkatkan Kualitas Lingkungan
Indoor
Kualitas lingkungan dari sebuah bangunan memiliki dampak
signifikan pada kesehatan penghuni, kenyamanan, dan produktivitas. Di antara
atribut lain, sebuah bangunan yang berkelanjutan memaksimalkan pencahayaan,
seperti memiliki ventilasi yang tepat dan kontrol kelembaban, dan menghindari
penggunaan bahan-bahan dengan emisi tinggi. Selain itu, pertimbangkan ventilasi
dan penyaringan untuk mengurangi kimia, biologi, dan serangan radiologi.
o Operasional dan Pemeliharaan Praktek
Optimalkan
Mengingat operasi bangunan dan isu pemeliharaan selama tahap
desain awal fasilitas akan memberikan kontribusi untuk lingkungan kerja yang
baik, produktivitas yang lebih tinggi, energi dan biaya sumber daya, dan
mencegah kegagalan sistem. Mendorong bangunan operator dan personil perawatan
untuk berpartisipasi dalam tahap desain dan pengembangan untuk menjamin operasi
yang optimal dan pemeliharaan gedung. Desainer dapat menentukan bahan dan
sistem yang mempermudah dan mengurangi kebutuhan perawatan; membutuhkan air
lebih sedikit, energi, dan bahan kimia beracun dan pembersih untuk menjaga, dan
biaya-efektif dan mengurangi biaya hidup-siklus. Selain itu, fasilitas desain
untuk menyertakan meter untuk melacak kemajuan inisiatif keberlanjutan,
termasuk penurunan penggunaan energi dan air dan limbah, dalam fasilitas
tersebut dan di situs.
BAB IV
STUDY KASUS
Pulau Hashima (berarti "Pulau Perbatasan"),
umumnya disebut Gunkanjima (berarti "Pulau Kapal Perang") adalah
salah satu dari 505 pulau tak berpenghuni di Prefektur Nagasaki, sekitar 15
kilometer dari kota Nagasaki. Pulau ini merupakan pulau yang sangat kecil,
dengan panjang hanya sekitar 480 meter dan lebar 160 meter ! Total panjang
garis pantainya tidak lebih dari 1,2 km. Terletak sekitar 15 km dari kota
Nagasaki. Dihuni selama 87 tahun, sejak tahun 1887 hingga 1974, sebagai sebuah
lahan pertambangan batubara yang dikelola oleh Mitsubishi Corporation. Pulau
ini -walaupun sangat sempit- dilengkapi dengan berbagai fasilitas hidup bagi
karyawan tambangnya yang mencapai ribuan, berikut dengan anggota keluarganya
masing-masing. Fasilitas itu mencakup asrama / apartemen, sekolah, pasar,
pemandian umum, dsb. Merupakan suatu keajaiban bahwa pulau sekecil itu bisa
menyediakan fasilitas selengkap itu.
Pada tahun 1890 perusahaan Mitsubishi membeli pulau tersebut
dan memulai proyek untuk mendapatkan batu bara dari dasar laut di sekitar pulau
tersebut. Pada tahun 1916 mereka membangun beton besar yang pertama di pulau
tersebut, sebuah blok apartemen dibangun untuk para pekerja dan juga berfungsi
untuk melindungi mereka dari angin topan.
Pada puncak kejayaan aktivitas tambang di pulau ini,
kepadatan penduduknya mencapai 10 kali lipat kepadatan penduduk Tokyo, ibukota
Jepang, dan termasuk titik dengan kepadatan penduduk tertinggi di dunia. Jumlah
penduduk pulau ini membengkak pada tahun 1959., kepadatan penduduknya mencapai
835 orang per hektar (83.500 orang per km persegi), setara 216.264 orang per
mil persegi sebuah populasi penduduk terpadat yang pernah terjadi di seluruh
dunia.
Seiring dengan digesernya batubara oleh bahan bakar minyak
sejak 1960-an, maka aktivitas tambang pun mengalami penurunan, hingga akhirnya
Mitsubishi terpaksa menutup kegiatan eksplorasinya di pulau ini pada tahun
1974. Penghuninya pun dipaksa kembali ke kampung halamannya masing-masing di
berbagai penjuru Jepang, dan pulau ini dibiarkan kosong tak berpenghuni, hingga
hari ini.
BAB V
PEMBAHASAN
gunkanjima merupakan salah satu contoh pembangunan proyek
arsitektur yang mengalami kegagalan dikarenakan faktor hilangnya mata
pencaharian mereka yang berpusat di pulau tersebut. Pemilik pulau ini secara
resmi menutup mata pencaharian penduduknya dikarenakan bangkrut. Hal ini
menyebabkan para penduduk pulau ini di paksa meninggalkan pulau tersebut
sehingga pulau ini menjadi pulau mati yang tidak berpenghuni sama sekali.
Padahal apabila kita lihat pulau ini merupakan sebuah pulau
kecil yang memiliki fasilitas yang sangat lengkap. Mulai dari sekolah hingga
rumah sakit. Fasilitas selengkap itu sudah sangat cukup untuk memadai kehidupan
para penduduk pulau tersebut. Akan tetapi sumber mata pencaharian di pulau
tersebut bersumber dari batu bara yang akhirnya harus ditutup akibat pernurunan
aktifitas tambang. Penutupan batu bara ini menyebabkan seluruh penduduk secara
paksa di gusur untuk segera meninggalkan pulau ini.
Setelah bertahun tahun ditinggalkan penduduknya, pulau
hashima menjadi sebuah pulau mati yang sama sekali tidak berpenghuni. Masih
banyak perabotan-perabotan yang tersimpan didalamnya. Tidak adanya perwatan
membuat semua bangunan-banguna tua mulai runtuh dan bayak sekali reruntuhan
kaca di sekitarnya.
Pulau hashima merupakan salah
satu contoh gagalnya proyek pembangunan arsitektur dikarenakan kurangnya
perhatian terhada segala kebutuhan penduduk didalamnya. Dalam hal ini adalah
sumber mata pencaharian. gunkanjima memang dibangun khusus untuk seluruh
karyawan yang bekerja di pertambangan batu bara. Pemiliknya tidak memikirkan
secara detail segala kemungkinan yang akan terjadi. Seharusnya gunkanjima
bisa menjadi salah satu pulau yang maju dan menjadi sebuah kota dengan
penduduk yang padat apabila dijadikan sebagai objek wisata selain sebagai
tempat mencari nafkah. Pulau ini juga seharusnya bisa menarik seluruh wisatawan
sehingga keberadaannya tidak pernah punah. Misalnya saja dengan membuat objek
wisata seperti memperlihatkan pertambangan batu bawar bagi wisatawan asing
sehingga selain sebagai pusat pertambangan gunkanjima bisa jadi alternatif
wisata bagi turis-turis asing di Jepang.
Permasalahan utama gunkanjima adalah terlalu tertutup bagi
pengunjung asing, pulau ini hanya memberikan fasilitas-fasilitas standar bagi
penduduknya. Gunkanjima seharusnya bisa menjadi sebuah kota wisata di
Jepang. Letaknya yang berada ditengah lautan luas sangat indah dan hal ini bisa
dimanfaatkan untuk menarik wisatawan asing. Akan tetapi kurangnya gunkanjima
sudah merupakan proyek bisnis sejak awal dibangunnya, sehingga hal ini menjadi
sebuah kesalahan besar dalam proyek pembangunan. Apabila terjadi kegagalan maka
pulau ini menjadi sebuah pulau mati seperti sekarang.
Seharusnya proyek seperti ini dibangun tidak hanya
memikirkan suatu kepentingan saja tetapi juga bisa mengakomodasi menjadi sebuah
saran bagi kepentingan yang lain sehingga keberadaannya menjadi seimbang.
Dengan begitu maka kehidupan gunkanjima bisa berlangsung lebih lama.
BAB VI
KESIMPULAN
gunkanjima merupakan sebuah kota yang sangat padat pada masa
kejayaannya kota ini dibangun untuk kepentingan bisnis pertambangan yang
didalamnya merupakan karyawan dari perusahaan batu bara tersebut. Pulau ini
harus ditutup akibat bangkrutnya perusahaan pertambangan tersebut. Hal ini
menyebabkan seluruh penduduk pulau ini secara paksa harus keluar dari
gunkanjima.
Pulau ini sejak awal sudah menjadi pulau untuk keperluan bisnis. Yang pada
akhirnya gunkanjima menjadi salah satu pulau mati dengan populasi penduduk yang
paling padat. Gunkanjima sama sekali tidak terawat lagi hingga saat ini
sehingga seluruh bangunan yang sangat kokoh beberapa puluh tahun yang lalu
sudah banyak yang menjadi bangkai.
SARAN
dalam membangun bangunan harus menyiapkan sebuah perencanaan yang baik agar
bangunan tersebut dapat berfungsi dengan baik dan sesuai dengan fungsinya. Juga
harus mempertimbangkan dampak-dampak lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Hashima
Tidak ada komentar:
Posting Komentar