Selasa, 28 April 2015

Kawasan Konservasi

Pulau Panjang Jepara Jadi Kawasan Konservasi


Pulau Panjang adalah salah satu pulau yang terdapat di Jepara, Jawa Tengah. Memiliki luas sekitar 19 hektar dan berjarak 1,5 mil laut dari Pantai Kartini, Jepara.
Pulau ini memiliki pasir putih dengan dikelilingi laut dangkal berair jernih serta memiliki terumbu karang. Bagian tengah pulau ini terdapat hutan tropis dengan pohon yang tinggi menjulang serta diselingi perdu dan semak sebagai tempat burung laut berkembang biak. Flora di pulau ini dominasi oleh pohon Kapuk randu, Asam jawa, Dadap, serta Pinus.
Kawasan konservasi merupakan kawasan yang sangat penting bagi perlindungan dan pengawetan sumber daya alam dan budaya secara global.  Kawasan konservasi tidak hanya memberikan nilai bagi perlindungan habitat alam beserta flora dan fauna yang ada didalamnya tetapi juga memelihara stabilitas/keseimbangan lingkungan wilayah disekitarnya.  Kawasan konservasi menyediakan peluang bagi wilayah setempat dalam hal pembangunan, pemanfaatan lahan marginal secara rasional, peningkatan pendapatan masyarakat dan penciptaan lapangan pekerjaan.  Selain itu mendukung penelitian dan pemantauan, pendidikan konservasi, rekreasi dan pariwisata.
Keaneragaman hayati, lamun, dan ekosistem terumbu karang  yang kondisinya paling baik di wilayah pantura Jawa Tengah adalah pulau panjang. Keberadaan beragam potensi  alam kawasan pesisir tersebut, Pemkab Jepara akan menjadikan pulau ini sebagai kawasan konservasi.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5ZMWPkCLXaPK8ln4eaZUD1zK2c_jiVcMjx8H96J38QgHe9SP3pTQm_E0AGN8r1ysngZazpDacqI3HCGMb-0O-RZh_Jj0ALA8lsVIY528oBy9xiGJLCAfMyd-e8sjmb5cQT0YaW9BPzEY5/s1600/panjang3.jpg
Pulau ini memiliki potensi keaneragaman hayati, ekosistem terumbu karang, lamun, hewan yang berasosiasi dengan karang. Selama ini, terumbu karang di P. Panjang masih dalam kondisi baik hanya tinggal tujuh persen. Sisanya, 57 persen kondisinya sedang dan 29 persen kondisinya buruk dan 5 persen buruk sekali. Hasil survei lainnya menyebutkan terjadi penurunan pada keanekaragaman dan kelimpahan ikan karang. Pada tahun 2001 ditempat itu ditemukan 360 ekor per transek, sedangkan hasil sensus tahun ini hanya tinggal 61 ekor per transek. Kondisi lamun di Pulau Panjang terbilang masih cukup baik di banding di tempat lain di pantura. Ini dibuktikan dengan kerapatan total lamun masih 388 individu per meter persegi dengan prosentasi penutupan total 85 persen. Faktor penurunan akibat gangguan alam dan gangguan dari aktivitas kegiatan manusia. Selain itu Pulau Panjang berpotensi sebagai penginapan yang mengusung go green, yaitu dengan membangun pennginapan tapi tidak merusak ekosistem pohon-pohon. Sayangnya Pemerintah Kabupaten Jepara belum memanfaatkan tersebut. Padahal di Pulau Panjang juga terdapat  Makam Syekh Abu Bakar, sehingga jika ada resort atau vila atau penginapan disini maka para peziarah bisa ke Pulau Panjang di waktu apapun baik siang maupun malam hari karena ada fasilitas yang memadai untuk istirahat. Oleh karena itu Penyelamatan Pulau Panjang sangat diperlukan karena sebagai penghasil plasma nuftah kelautan bagi perairan Jawa Tengah. Karena itu, Pulau Panjang dapat dikelola dengan model ekowisata bahari berbasis masyarakat.
Pulau ini merupakan tempat wisata laut yang kini digemari masyarakat. Terutama saat upacara tradisional Pesta Lomban, yakni satu pekan setelah Hari Raya Idul Fitri. Puluhan kapal pesiar disiapkan untuk melayani para wisatawan untuk berkunjung ke Pulau Panjang. Lokasi Pulau Panjang, tampak mengalami kerusakan yang sangat serius. Menurut peta tahun 1858, Pulau Panjang pernah memiliki luas sekitar 70 hektare. Kerusakan pulau ini, akibat maraknya pencurian trumbu karang, penebangan hutan mangrove dan sedimentasi dari gelontoran lumpur dari hulu melalui muara sungai. Akibatnya, pulau ini sekarang tinggal sekitar 30 hektare. Di sekitar pulau itu, larva terumbu karang tidak dapat berkembang. 
Usaha yang dilakukan dalam pewujudan dari upaya untuk menjadikan pulau ini sebagai kawasan konservasi yaitu dari pihak Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Jepara melakukan penghijaukan Pulau Panjang dengan lima ribu batang tanaman mangrove jenis api- api. Kemudian pada 2012, kembali dihijaukan dengan empat ribu pohon mangrove yang bertujuan untuk mengurangi abrasi. Namun, adanya tekstur tanah di perairan itu yang lunak, maka mangrove yang ditanam sering mati. Selain menanam mangrove, Badan Lingkungan Hidup juga menanam 270 batang berbagai tanaman buah, seperti pohon kresen, ketapang dan waru, karena di pulau itu sebelumnya dilepas ratusan burung berbagai jenis. 
Kemudian Pemerintah Jepara membangun pemecah gelombang sepanjang 670 meter dari beton, pemecah gelombang ini bertujuan untuk mengurangi abrasi. Jarak terdekat  beton pemecah gelombang dibangun dari bibir pantai sekitar 10 meter dan terjauh 50 meter. Pembangunannya dimulai dari barat daya pulau, dekat menara mercu suar. Hasil dari bangunan pemecah gelombang sudah tampak nyata. "Sudah terjadi sedimen pasir putih di bangunan pemecah gelombang sepanjang 539 meter. Sedimen ini berhasil mewmbentuk daratan baru dan mulai mengembalikan beberapa daratan yang hilang, di antaranya jalan di depan makam Syeh Abu Bakar yang hampir terputus, sekarang tersambung lagi. Bangunan pemecah gelombang itu memang belum ideal. Idealnya pemecah gelombang itu mengelilingi Pulau Panjang. 
Selama ini Pulau Panjang dijadikan sebagai tempat wisata karena lokasinya sangat strategis dan dekat dengan Pantai Kartini. Apalagi, setelah Pantai Kartini dilengkapi museum kura-kuranya, sebuah pesawat terbang, kolam kecek,dan taman bermain anak serta gazebo. Sejak 10 tahun terakhir ini, Jepara kehilangan pantai seluas 61 hektare, akibat abrasi. Daerahnya tersebar di beberapa kecamatan, seperti Kecamatan Kedung terkena abrasi 9,7 hektare, Kecamatan Jepara 7,3 hektare, Kecamatan Mlonggo 5,5 hektare, Kecamatan Keling 37,8 hektare dan Kembang 0,5 hektare.
Oleh karena itu dilakukannya konservasi pada pulau Panjang ini diharapkan selain untuk menjaga dan melindungin kekayaan ekosistem yang ada pada pulau juga bisa dijadikan sebagai tujuan penelitian mahasiswa selain memiliki fungsi sebagai tempat wisata yang nantinya akan berimbas pada pendapatan daerah dan kesejahteraan masyarakatnya.

Sumber :